Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Etiologi
1.Luka Bakar Suhu
Tinggi(Thermal Burn)
a.Gas
b.Cairan
c.Bahan padat (Solid)
2.Luka Bakar Bahan Kimia
(hemical Burn)
3.Luka Bakar Sengatan
Listrik (Electrical Burn)
4.Luka Bakar Radiasi
(Radiasi Injury)
A.Fase akut.
Disebut sebagai fase
awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik.
B. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase
syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan
akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1.Proses inflamasi dan
infeksi.
2.Problempenuutpan luka
dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan
atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3.Keadaan
hipermetabolisme.
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan
berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi
organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit
berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
A. Dalamnya luka
bakar.
Kedalaman
|
Penyebab
|
Penampilan
|
Warna
|
Perasaan
|
Ketebalan partial superfisial
(tingkat I)
|
Jilatan api,
sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
|
Kering tidak
ada gelembung.
Oedem minimal
atau tidak ada.
Pucat bila
ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
|
Bertambah merah.
|
Nyeri
|
Lebih dalam
dari ketebalan partial
(tingkat II)
- Superfisial
- Dalam
|
Kontak dengan
bahan air atau bahan padat.
Jilatan api
kepada pakaian.
Jilatan
langsung kimiawi.
Sinar ultra violet.
|
Blister besar
dan lembab yang ukurannya bertambah besar.
Pucat bial
ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.
|
Berbintik-bintik
yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.
|
Sangat nyeri
|
Ketebalan sepenuhnya
(tingkat III)
|
Kontak dengan
bahan cair atau padat.
Nyala api.
Kimia.
Kontak dengan
arus listrik.
|
Kering
disertai kulit mengelupas.
Pembuluh darah
seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.
Gelembung
jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
|
Putih,
kering, hitam, coklat tua.
Hitam.
Merah.
|
Tidak sakit,
sedikit sakit.
Rambut mudah
lepas bila dicabut.
|
B. Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh
atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua
rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing
9% : 18%
3) Badan depan 18%,
badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing
18% : 36%
5) Genetalia/perineum :
1%
Total : 100%
C. Berat ringannya luka
bakar
Untuk mengkaji beratnya
luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
1) Persentasi area
(Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka
bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan
yang lalu.
6) Trauma yang menyertai
atau bersamaan.
American college of
surgeon membagi dalam:
A. Parah – critical:
a) Tingkat II : 30% atau
lebih.
b) Tingkat III : 10%
atau lebih.
c) Tingkat III pada
tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya
komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
B. Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%
C. Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang
15%
b) Tingkat III : kurang
1%
PATOFISIOLOGIS
Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Perubahan
|
Tingkatan hipovolemik
( s/d 48-72 jam pertama)
|
Tingkatan diuretik
(12 jam – 18/24 jam pertama)
|
||
Mekanisme
|
Dampak dari
|
Mekanisme
|
Dampak dari
|
|
Pergeseran cairan ekstraseluler.
|
Vaskuler ke insterstitial.
|
Hemokonsentrasi
oedem pada lokasi luka bakar.
|
Interstitial ke vaskuler.
|
Hemodilusi.
|
Fungsi renal.
|
Aliran darah
renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang.
|
Oliguri.
|
Peningkatan
aliran darah renal karena desakan darah meningkat.
|
Diuresis.
|
Kadar sodium/natrium.
|
Na+ direabsorbsi
oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan
dalam cairan oedem.
|
Defisit sodium.
|
Kehilangan Na+melalui
diuresis (normal kembali setelah 1 minggu).
|
Defisit sodium.
|
Kadar potassium.
|
K+ dilepas
sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+ berkurang
ekskresi karena fungsi renal berkurang.
|
Hiperkalemi
|
K+ bergerak
kembali ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5
hari setelah luka bakar).
|
Hipokalemi.
|
Kadar protein.
|
Kehilangan
protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas.
|
Hipoproteinemia.
|
Kehilangan
protein waktu berlangsung terus katabolisme.
|
Hipoproteinemia.
|
Keseimbangan nitrogen.
|
Katabolisme
jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak
kehilangan dari masukan.
|
Keseimbangan nitrogen negatif.
|
Katabolisme
jaringan, kehilangan protein, immobilitas.
|
Keseimbangan nitrogen negatif.
|
Keseimbnagan asam basa.
|
Metabolisme
anaerob karena perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam dari produk akhir,
fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan),
kehilangan bikarbonas serum.
|
Asidosis metabolik.
|
Kehilangan
sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan
produk akhir metabolisme.
|
Asidosis metabolik.
|
Respon stres.
|
Terjadi
karena trauma, peningkatan produksi cortison.
|
Aliran darah renal
berkurang.
|
Terjadi
karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi.
|
Stres karena luka.
|
Eritrosit
|
Terjadi
karena panas, pecah menjadi fragil.
|
Luka bakar termal.
|
Tidak terjadi
pada hari-hari pertama.
|
Hemokonsentrasi.
|
Lambung.
|
Curling ulcer
(ulkus pada gaster), perdarahan lambung, nyeri.
|
Rangsangan
central di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison.
|
Akut dilatasi
dan paralise usus.
|
Peningkatan jumlah cortison.
|
Jantung.
|
MDF meningkat
2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang
terbakar.
|
Disfungsi jantung.
|
Peningkatan zat MDF (miokard
depresant factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic.
|
CO menurun.
|
Indikasi Rawat Inap Luka
Bakar
A. Luka bakar grade II:
1) Dewasa > 20%
2) Anak/orang tua >
15%
B. Luka bakar grade III.
C. Luka bakar dengan
komplikasi: jantung, otak dll.
Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
a) Udara panas à mukosa
rusak à oedem à obstruksi.
b) Efek toksik dari
asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal
nafas.
2) Sirkulasi:
gangguan permeabilitas
kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi
relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
B. Infus, kateter, CVP,
oksigen, Laboratorium, kultur luka.
C. Resusitasi cairan à
Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24
jam.
Anak: jumlah resusitasi
+ kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
<
href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdPznP12OGrFXYbsI9Zmr0Ai2HGxExuPDriEIv7eSIlZNiqMEnMUeOmSh-Gd46pJrsj5FZatv_In8ZJnZashecGLxn-QJYV6x_KiRWq0jrAbWMFBAHGgLFGgxIAqcEAyr9lf9dyZSFcEQ/s1600/cairan.jpg">
(Albumin 25% = gram x 4
cc) à 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai
kebutuhan faal.
D. Monitor urine dan
CVP.
E. Topikal dan tutup
luka
- Cuci luka dengan
savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle.
- Silver sulfa diazin
tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari,
kecuali balutan kotor.
F. Obat – obatan:
o Antibiotika : tidak
diberikan bila pasien datang
Rencana Intervensi
Diagnosa Keperawatan
|
Rencana Keperawatan
|
||
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Resiko
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
trakheobronkhial; oedema mukosa; kompressi jalan nafas .
|
Bersihan
jalan nafas tetap efektif.
Kriteria
Hasil : Bunyi nafas vesikuler, RR dalam batas normal, bebas dispnoe/cyanosis.
|
Kaji refleks gangguan/menelan;
perhatikan pengaliran air liur, ketidakmampuan menelan, serak, batuk mengi.
Awasi frekuensi, irama, kedalaman
pernafasan ; perhatikan adanya pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon
atau merah muda.
Auskultasi paru, perhatikan
stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas, batuk rejan.
Perhatikan adanya pucat atau warna
buah ceri merah pada kulit yang cidera
Tinggikan kepala tempat tidur.
Hindari penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai indikasi
Dorong batuk/latihan nafas dalam
dan perubahan posisi sering.
Hisapan (bila perlu) pada
perawatan ekstrem, pertahankan teknik steril.
Tingkatkan istirahat suara tetapi
kaji kemampuan untuk bicara dan/atau menelan sekret oral secara
periodik.
Selidiki perubahan perilaku/mental
contoh gelisah, agitasi, kacau mental.
Awasi 24 jam keseimbngan cairan,
perhatikan variasi/perubahan.
Lakukan
program kolaborasi meliputi :
Berikan pelembab O2 melalui
cara yang tepat, contoh masker wajah
Awasi/gambaran seri GDA
Kaji ulang seri rontgen
Berikan/bantu fisioterapi
dada/spirometri intensif.
Siapkan/bantu intubasi atau
trakeostomi sesuai indikasi.
|
Dugaan cedera inhalasi
Takipnea, penggunaan otot bantu,
sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distress pernafasan/edema
paru dan kebutuhan intervensi medik.
Obstruksi jalan nafas/distres
pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam
setelah terbakar.
Dugaan adanya hipoksemia atau
karbon monoksida.
Meningkatkan ekspansi paru
optimal/fungsi pernafasan. Bilakepala/leher terbakar, bantal dapat menghambat
pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar dan
meningkatkan konstriktur leher.
Meningkatkan ekspansi paru,
memobilisasi dan drainase sekret.
Membantu mempertahankan jalan
nafas bersih, tetapi harus dilakukan kewaspadaan karena edema mukosa
dan inflamasi. Teknik steril menurunkan risiko infeksi.
Peningkatan sekret/penurunan
kemampuan untuk menelan menunjukkan peningkatan edema trakeal dan dapat
mengindikasikan kebutuhan untuk intubasi.
Meskipun sering berhubungan dengan
nyeri, perubahan kesadaran dapat menunjukkan terjadinya/memburuknya hipoksia.
Perpindahan cairan atau kelebihan
penggantian cairan meningkatkan risiko edema paru. Catatan :
Cedera inhalasi meningkatkan kebutuhan cairan sebanyak 35% atau lebih karena
edema.
O2 memperbaiki
hipoksemia/asidosis. Pelembaban menurunkan pengeringan saluran pernafasan dan
menurunkan viskositas sputum.
Data dasar penting untuk
pengkajian lanjut status pernafasan dan pedoman untuk pengobatan. PaO2 kurang
dari 50, PaCO2 lebih besar dari 50 dan penurunan pH
menunjukkan inhalasi asap dan terjadinya pneumonia/SDPD.
Perubahan menunjukkan atelektasis/edema
paru tak dapat terjadi selama 2 – 3 hari setelah terbakar
Fisioterapi dada mengalirkan area
dependen paru, sementara spirometri intensif dilakukan untuk memperbaiki
ekspansi paru, sehingga meningkatkan fungsi pernafasan dan menurunkan atelektasis.
Intubasi/dukungan mekanikal
dibutuhkan bila jalan nafas edema atau luka bakar mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.
|
Resiko tinggi
kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan
kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.
|
Pasien dapat
mendemostrasikan status cairan dan biokimia membaik.
Kriteria
evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema,
elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.
|
Awasi tanda
vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer.
Awasi
pengeluaran urine dan berat jenisnya. Observasi warna urine dan hemates
sesuai indikasi.
Perkirakan
drainase luka dan kehilangan yang tampak
Timbang berat
badan setiap hari
Ukur lingkar
ekstremitas yang terbakar tiap hari sesuai indikasi
Selidiki perubahan mental
Observasi distensi
abdomen,hematomesis,feces hitam.
Hemates
drainase NG dan feces secara periodik.
Lakukan
program kolaborasi meliputi :
Pasang / pertahankan
kateter urine
Pasang/ pertahankan ukuran kateter IV.
Berikan
penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.
Awasi hasil
pemeriksaan laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ).
Berikan obat sesuai idikasi :
- Diuretika contohnya Manitol
(Osmitrol)
- Kalium
- Antasida
Pantau:
- Tanda-tanda vital setiap jam selama
periode darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam selama
periode rehabilitasi.
- Warna urine.
- Masukan dan haluaran setiap jam
selama periode darurat, setiap 4 jam selama periode akut, setiap 8 jam selama
periode rehabilitasi.
- Hasil-hasil JDL dan laporan
elektrolit.
- Berat badan setiap hari.
- CVP (tekanan vena sentral) setiap jam
bial diperlukan.
- Status umum setiap 8 jam.
Pada
penerimaan rumah sakit, lepaskan semua pakaian dan perhiasan dari area luka
bakar.
Mulai terapi
IV yang ditentukan dengan jarum lubang besar (18G), lebih disukai
melalui kulit yang telah terluka bakar. Bila pasien menaglami luka bakar luas
dan menunjukkan gejala-gejala syok hipovolemik, bantu dokter dengan
pemasangan kateter vena sentral untuk pemantauan CVP.
Beritahu dokter bila: haluaran
urine <>
Konsultasi
doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
Tes guaiak
muntahan warna kopi atau feses ter hitam. Laporkan temuan-temuan positif.
Berikan
antasida yag diresepkan atau antagonis reseptor histamin seperti simetidin
|
Memberikan
pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.
Penggantian
cairan dititrasi untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada
orang dewasa. Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif karena
adanyadarah dan keluarnya mioglobin.
Peningkatan
permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan
cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
Penggantian
cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya
Memperkirakan luasnya
oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran
urine.
Penyimpangan pada tingkat
kesadaran dapat mengindikasikan ketidak adequatnya volume sirkulasi/penurunan
perfusi serebral
Stres
(Curling) ulcus terjadi pada setengah dari semua pasien yang luka bakar
berat(dapat terjadi pada awal minggu pertama).
Observasi
ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau refleks urine.
Memungkinkan
infus cairan cepat.
Resusitasi
cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah
komplikasi.
Mengidentifikasi
kehilangan darah/kerusakan SDM dan kebutuhan penggantiancairan dan
elektrolit.
Meningkatkan
pengeluaran urine dan membersihkan tubulus dari debris /mencegah nekrosis.
Penggantian
lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah besar
Menurunkan
keasaman gastrik sedangkan inhibitor histamin menurunkan produksi asam
hidroklorida untuk menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan
iritasi gaster.
Mengidentifikasi
penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Periode darurat (awal 48 jam pasca luka bakar) adalah periode kritis yang
ditandai oleh hipovolemia yang mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan
jarinagn tak adekuat.
Inspeksi
adekuat dari luka bakar.
Penggantian cairan cepat penting
untuk mencegah gagal ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi melalui jarinagn
yang terbakar dengan luka bakar luas. Pengukuran tekanan vena sentral
memberikan data tentang status volume cairan intravaskular.
Temuan-temuan
ini mennadakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstitial
menimbukan hipovolemi.
Pasien rentan
pada kelebihan beban volume intravaskular selama periode
pemulihan bila perpindahan cairan dari kompartemen interstitial pada
kompartemen intravaskuler.
Temuan-temuan
guaiak positif ennandakan adanya perdarahan GI. Perdarahan GI menandakan
adaya stres ulkus (Curling’s).
Mencegah
perdarahan GI. Luka bakar luas mencetuskan pasien pada ulkus stres yang
disebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon adrenal dan asam HCl oleh
lambung.
|
Resiko
kerusakan pertukaran gasberhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari
dada atau leher.
|
Pasien dapat
mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteroia
evaluasi: RR 12-24 x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng normal,
bunyi nafas bersih, tak ada kesulitan bernafas.
|
Pantau
laporan GDA dan kadar karbon monoksida serum.
Beriakan suplemen
oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu dengan selang
endotrakeal dan temaptkan pasien pada ventilator mekanis sesuai pesanan bila
terjadi insufisiensi pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia, hiperkapnia,
rales, takipnea dan perubahan sensorium).
Anjurkan
pernafasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama
tirah baring.
Pertahankan
posisi semi fowler, bila hipotensi tak ada.
Untuk luka
bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dispnea disertai dengan
takipnea. Siapkan pasien untuk
pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.
|
Mengidentifikasi
kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Inhalasi asap dapat
merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada membran kapiler alveoli.
Suplemen
oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan.
Ventilasi mekanik diperlukan untuk pernafasan dukungan sampai pasie dapat
dilakukan secara mandiri.
Pernafasan
dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektasis.
Memudahkan
ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma.
Luka bakar
sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda. Mengupas kulit (eskarotomi)
memungkinkan ekspansi dada.
|
Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan
Hb, penekanan respons inflamasi
|
Pasien bebas
dari infeksi.
Kriteria
evaluasi: tak ada demam, pembentukan jaringan granulasi baik.
|
Pantau:
- Penampilan luka bakar (area luka
bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit
dilakukan) setiap 8 jam.
- Suhu setiap 4 jam.
- Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap
kali makan.
Bersihkan
area luka bakar setiap hari dan lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen)
sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan
yang ditentukan untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline
atau op site.
Lepaskan krim
lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan
beriakn krim antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan
ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka.
Beritahu
dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi
donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika
IV sesuai ketentuan.
Tempatkan
pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang
mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort
untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan
masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis
pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan.
Bila riwayat
imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet)
sesuai pesanan.
Mulai rujukan
pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen
nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan
makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral bial pasien tak
dapat makan per oral.
|
Mengidentifikasi
indikasi-indikasi kemajuan atau penyimapngan dari hasil yang diharapkan.
Pembersihan
dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.
Antimikroba
topikal membantu mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi
pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur
pertumbuhan baketri.
Temuan-temuan
ini mennadakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab
sehingga terapi antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis
tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk
pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah
lapisan pertama tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan
tindakan perawatan perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi.
Kurangnya berbagai rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan
pasien pada kebosanan.
Melindungi terhadap tetanus.
Ahli diet adalah spesialis nutrisi
yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan
diet untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat
memabntu penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi.
|
Nyeri berhubungan
dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manipulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
|
Pasien dapat
mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria
evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan
postur tubuh rileks.
|
Berikan
anlgesik narkotik yang diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum
prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifannya. Anjurkan analgesik IV bila
luka bakar luas.
Pertahankan
pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra
untuk memberikan kehangatan.
Berikan
ayunan di atas temapt tidur bila diperlukan.
Bantu dengan
pengubahan posisi setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan
sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan
sendiri.
|
Analgesik
narkotik diperlukan utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat.
Absorpsi obat IM buruk pada pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan
oleh perpindahan interstitial berkenaan dnegan peningkatan permeabilitas
kapiler.
Panas dan air
hilang melalui jaringan luka bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan
eksternal ini membantu menghemat kehilangan panas.
Menururnkan
neyri dengan mempertahankan berat badan jauh dari linen temapat tidur
terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara.
Menghilangkan
tekanan pada tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada
luka bakar selama gerakan membantu meinimalkan ketidaknyamanan.
|
Resiko tinggi
kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler
perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah
arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
|
Pasien
menunjukkan sirkulasi tetap adekuat.
Kriteria
evaluasi: warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer
dapat diraba.
|
Untuk luka
bakar yang mengitari ekstermitas atau luka bakar listrik, pantau status
neurovaskular dari ekstermitas setaip 2 jam.
Pertahankan ekstermitas bengkak
ditinggikan.
Beritahu
dokter dengan segera bila terjadi nadi berkurang, pengisian kapiler buruk,
atau penurunan sensasi. Siapkan
untuk pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.
|
Mengidentifikasi
indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Meningkatkan
aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan.
Temuan-temuan
ini menandakan keruskana sirkualsi distal. Dokter dapat mengkaji tekanan
jaringan untuk emnentukan kebutuhan terhadap intervensi bedah. Eskarotomi
(mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan untuk memperbaiki
sirkulasi adekuat.
|
Kerusakan
integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan
kulit.
|
Memumjukkan
regenerasi jaringan
Kriteria
hasil: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
|
Kaji/catat
ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi
sekitar luka.
Lakukan
perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.
Pertahankan
penutupan luka sesuai indikasi.
Tinggikan
area graft bila mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila diindikasikan.
Pertahankan
balutan diatas area graft baru dan/atau sisi donor sesuai
indikasi.
Cuci sisi
dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa
waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan penyembuhan selesai.
Lakukan
program kolaborasi :
- Siapkan /
bantu prosedur bedah/balutan biologis.
|
Memberikan
informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk
tentang sirkulasi pada aera graft.
Menyiapkan
jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.
Kain
nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada
permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit
repitelisasi.
Menurunkan
pembengkakan /membatasi resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah
graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.
Area mungkin
ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif.
Kulit graft
baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan khusus untuk
mempertahankan kelenturan.
Graft kulit
diambil dari kulit orang itu sendiri/orang lain untuk penutupan sementara
pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam.
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart.
(1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott
Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.
Carolyn, M.H. et. al.
(1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany.
Philadelpia. Hal. 752 – 779.
Carpenito,J,L. (1999).
Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC.
Jakarta.
Djohansjah, M. (1991).
Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya.
Doenges M.E. (1989).
Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A. Davis
Company. Philadelpia.
Donna D.Ignatavicius dan
Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing Process
Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401.
Engram, Barbara. (1998).
Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Goodner, Brenda &
Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih bahasa Ni
Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall.
(1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC.
Jakarta
Hudak & Gallo.
(1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996).
Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Marylin E. Doenges.
(2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar