Sabtu, 05 Mei 2012

ASKEP KANKER PAYUDARA


ASKEP KANKER PAYUDARA
 Pengertian
Penyakit yang menyerang payudara ternyata tak hanya kanker payudara saja. Ada penyakit lain yang tak kalah berbahayanya. Yaitu mastitis atau biasa juga disebut dengan abses/ nanah pada payudara/ radang payudara.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus.
Namun jangan khawatir, tidak semua perempuan dapat terkena mastitis. Banyak faktor yang menyebabkan perempuan menderita penyakit ini. Di antaranya adalah daya tahan tubuh yang lemah, dan kurangnya menjaga kebersihan puting payudara saat menyusui.
Penyebab
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka. Atau bisa juga karena adanya sumbatan pada saluran ASI.
Gejala

Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan terasa nyeri, terasa keras saat diraba dan tampak memerah. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah. Badan demam seperti terserang flu. Namun bila karena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta merah.

Gejala Mastitis pada Ibu
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan.
Kesehatan ibu hamil dan menyusui adalah persyaratan penting untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit itu. Dalam menanti kelahiran bayi, si Ibu harus menyiapkan terlebih dahulu keadaan psikologinya dalam menghadapi bayinya nanti, terutama dalam hal menyusui bayi.
Berikut langkah-langkah yang harus diambil untuk mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui bayinya :
1. Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses dalam menyusui bayinya; menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil menjalaninya, bila ada masalah hubungi dokter atau petugas kesehatan yang berkompeten.
2. Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu buatan/formula Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau keluarga lain Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan dalam keluarga, ibu dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya dan bayi sehingga perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan dokter atau petugas kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kemauannya dalam membantu ibu sehingga hilang keraguan atau ketakutan untuk bertanya tentang masalah yang tengah dihadapinya.
Selain hal tersebut diatas, ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan :
1. Ukuran dan bentuk Tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi
2. Kontur/permukaan Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi (pengangkatan jaringan), retraksi (tindakan menarik kembali) atau luka pada kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan dibawahnya. Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit membengkak, dan membuat gambaran seperti kulit jeruk
3. Warna kulit Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu diperhatikan adalah warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit atau bahkan keganasan
4. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. • Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara :
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
5. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja Masalah yang sering terjadi pada saat menyusui :
a. Mastitis Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Abses (nanah) payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab utama dari mastitis adalah stasis (terhenti) ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphilokokus aureus.
Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.
Gejala mastitis non-infeksius: • Ibu memperhatikan adanya "bercak panas", atau area nyeri tekan yang akut • Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut • Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja Gejala mastitis infeksius: • Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu • Ibu dapat mengeluh sakit kepala • Ibu demam dengan suhu di atas 34 oC • Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara • Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir) • Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang "pembengkakan" Pengobatan: • Lanjutkan menyusui • Berikan kompres panas pada area yang sakit • Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin • Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik (ibuprofen, asetaminofen) untuk mengurangi demam dan nyeri • Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (< 39oC), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal • Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan gejala berkurang.
b. Kandida/sariawan Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui. Bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk menghisap. Pengobatan: • Obati ibu dan bayinya • Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan payudara setiap kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali sehabis menyusui. • Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui untuk mengurangi nyeri.
c. Cacar air (virus varisela zoster) Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah menderita cacar air dan tidak beresiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi beresiko karena antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada bayi belum mempunyai kesempatan untuk berkembang. Perawatan : • Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan antibodi kepada bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan • Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar. • Jika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum melahirkan : - ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami lesi (hilangnya fungsi suatu bagian). Hanya sekitar 50% bayi yang terpapar akan berkembang menjadi penyakit - keluarkan ASI jika bayi ditempatkan pada tempat lain - jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak dihentikan.
Pencegahan
Sama dengan penyakit lain. Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup istirahat dan bisa secara teratur menyusui bayinya agar payudara tidak menjadi bengkak. Gunakan BH yang sesuai dengan ukuran payudara. Serta usahakan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui
Pengobatan

Jika disebabkan oleh bakteri, maka pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotika. Mintalah pada dokter antibiotika yang baik dan aman untuk ibu sedang menyusui. Selain itu, bila badan terasa panas, ibu dapat meminum obat penurun panas. Kemudian. untuk bagian payudara yang terasa keras dan nyeri, dapat dikompres dengan menggunakan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri.

Bila tidak tahan nyeri, dapat meminum obat penghilang rasa sakit. Istirahat yang cukup amat diperlukan agara kondisi tubuh ibu kembali sehat dan segar. Makan makanan yang bergizi tinggi sangatlah dianjurkan. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam. Biasanya rasa demam dan nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan Anda akan mampu beraktivitas seperti semula.


ASUHAN KEPERAWATAN
Pengertian
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk)
Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif panjang.
a. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
b. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

3. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui
5. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula
6. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
7. Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
Anatomi Fisiologi
1. Anatomi payudara
Secara anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
2. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
Insiden
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk).
Patofisiologi

Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)

Gejala Klinik

Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk)
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)

Klasifikasi Kanker Payudara
1. Tumor primer (T)
Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
To : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
T1 : Tumor < 2 cm
T1a : Tumor < 0,5 cm
T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
T1c : Tumor 1 – 2 cm
T2 : Tumor 2 – 5 cm
T3 : Tumor diatas 5 cm
T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
T4c : T4a dan T4b
T4d : Mastitis karsinomatosis

2. Nodus limfe regional (N)
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 : Tidak teraba kelenjar axila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)
Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Stadium Kanker Payudara :
1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas.
2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.
(Setio W, 2000, hal : 285)

Pemeriksaan diagnostik
1. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
2. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
3. CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
4. Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
5. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)

Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)

Penanganan
1. Pembedahan
a Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
b. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
2. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 - 1600)

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
a. Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
1). Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.
Data yang disimpulkan meliputi :
a). Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

b).. Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
c). Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
d). Pengkajian fisik meliputi :
 Keadaan umum§
 Tingkah laku§
 BB dan TB§
 Pengkajian head to toe§
e). Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
- Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
- Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
f). Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.

g). Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.
- Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
- Personal hygiene
1). Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
2). Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
3). Dikaji sebelum dan pada saat di RS
- Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
1). Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif.
2). Status social
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.
3). Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
b. Klasifikasi Data
Data pengkajian :
1). Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
2). Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
c. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang didapat pada klien.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.
Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional, implementasi dan evaluasi.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor ditandai dengan :
1. DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan.
2. DO : - Klien nampak meringis
- Klien nampak sesak
- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria hasil :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
2. Nyeri tekan tidak ada
3. Ekspresi wajah tenang
4. Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
1. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
2. Beri posisi yang menyenangkan
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
3. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
4. Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri
5. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu ditandai dengan:
1. DS :
- Klien mengeluh nafsu makan menurun
- Klien mengeluh lemah.
2 DO :
- Setengah porsi makan tidak dihabiskan
- Klien nampak lemah.
- Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit.
- Hb 10,7 gr %.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Nafsu makan meningkat
2. Klien tidak lemah
3. Hb normal (12 – 14 gr/dl)

c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, ditandai dengan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar