askep
arteriosklerosis
A.
LATAR BELAKANG
Penyakit yang paling sering di
Amerika Serikat adalah Arteriosklerosis koroner. Kondisi patologis arteri
koroner ini ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan
jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan
strukutur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah kejantung. Penyakit
Arteriosklerosis mungkin disebabkan akibat kelainan metabolisme lipid,
koagulasi darah, dan keadaan biofisika serta biokimia dinding arteri.
Meskipun
terdapat perbedaan pendapat diantara beberapa ahli mengenai bagaimana
Arteriosklerosis bermula, namun telah ditinjau bahwa Arteriosklerosis
merupakan penyakit progresif, dapat dikurangi dan pada beberapa kasus dapat
dihilangkan.
|
B.
TUJUAN PENULISAN
Adapun Tujuan
Penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Pada Arteriosklerosis.
2. Untuk memenuhi
tugas mata ajar Keperawatan
Medikal Bedah I.
C.
METODE PENULISAN
Penulisan
makalah ini dengan menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan cara
mencari dan membaca literatur yang ada di perpustakaan dan di internet.
D. RUANG LINGKUP PENULISAN
Ruang lingkup pada makalah ini, panulis hanya membatasi pada ”Asuhan Keperawatan
Pada Arteriosklerosis” secara
teoritis.
E.
SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang terdiri dari empat BAB
yaitu sebagai berikut ;
BAB I
: Pendahuluan yang terdiri dari Latar
Belakang, Tujuan Penulis, Metode Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, dan
Sistematika Penulisan.
BAB
II : Tinjauan Teoritis meliputi Pengertian, Patofisiologi,
Manisfestasi Klinis, Faktor Risiko, Pencegahan dan Pendekatan Gerontologis.
BAB III : Asuhan Keperawatan yang terdiri dari
BAB
IV : Penutup Meliputi Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Arteri merupakan pembuluh darah yang
keluar dari jantung yang membawa darah ke seluruh bagian dan alat tubuh.
Pembuluh darah arteri yang paling
besar yang keluar dari ventrikel sinistra yang disebut aorta. Arteri ini
mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastis dan terdiri dari
3 lapisan yaitu :
1. Tunika
intima/interna. Lapisan yang paling lambat dalam sekali yang berhubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2. Tunika Media. Lapisan
tengah yang terdiri dari jaringan otat yang sifatnya elastis dan termasuk otot
polos.
3. Tunika
eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat
gember yang berguna menguatkan dinding arteri.
|
|
Arteri yang paling besar didalam
tubuh adalah aorta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya kira – kira 1 – 3 cm,
arteri ini mempunyai cabang – cabang keseluruh tubuh yang disebut arteriola
yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler).
Pembuluh darah
www.harunyahya.com
Arteri mendapat darah dari darah
yang mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima, sedangkan untuk
lapisan lainnya mendapatkan darah dari pembuluh darah yang disebut vena
vasorum.
Disamping itu arteri dapat mengecil
dan melebar (konstriksi dan dilatasi) disebabkan oleh pengaruh saraf dari
susunan saraf otonom yang disebut vasomotor (vasodilator dan vasokonstruktor).
Sistem Cardiovaskuler
|
www.harunyahya.com
Arteri (kuat dan lentur) membawa
darah dari jantung dan menanggung tekanan darah yang paling tinggi.
Kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung.
Arteri yang lebih kecil dan arteriola memiliki dinding berotot yang
menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke
daerah tertentu.
B.
PENGERTIAN
Arteriosklerosis (Atherosclerosis)
merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi
lebih tebal dan kurang lentur.
Penyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah Arteriosklerosis, dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
Penyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah Arteriosklerosis, dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
Arteriosklerosis bisa terjadi pada arteri di
otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan lengan serta tungkai.
Jika Arteriosklerosis
terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa
terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri
koroner), bisa terjadi serangan jantung.
Arteri coronaria keluar mulai dari
permulaan aorta sebelah kanan dekat katup aorta. Fungsi dari sistem arteri
coronaria adalah untuk memberi darah kepada miocardium.
Terdapat 2 arteri coronaria utama,
yang kiri dan yang kanan. Arteri conaria kiri mensuplai belahan jantung kiri
yang akan terbagi 2 menjadi cabang : left anterior descending (LAD) / cabang
anterior yang menurun, dan the circumflex coronary (CCA) / arteri coronaria
yang melingkar. The right coronary arteri (RCA) / arteri coronaria kanan
mensuplai darah kepada belahan jantung kanan. Hanya terdapat sedikit sambungan
(anastomosis) diantara arteri coroneria utama, karena itu bila terjadi sumbatan
arteri coronaria atau salah satu cabangnya akan menghilangkan aliran darah
(ischemia) kepada bagian otot jantung yang mendapat suplai oleh pembuluh itu
dan berakibat angina pectoris atau infark miocardial. Yang menjadi penyumbat
bisa bekuan darah yang paling sering deposit lemak atau penumpukan lemak pada
dinding arteri (arteria coronaria).
Sistem vena dari jantung mempunyai 3
bagian : vena thebesian menyalurkan darah dari bagian kanan miocardium atrium
dan ventricle ; vena cardiac anterior menyalurkan bagian terbesar dari
ventrikel kanan ; dan sinus coronaria dengan cabang – cabangnya menyalur pada
ventrikel sebagian besar dari pengembalian darah vena miocardial. (Long, Barbara
C. 1996)
C. ETIOLOGI
Arteriosklerosis bermula
ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke
dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan
lemak.
Pada saatnya, monosit
yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan
dalam arteri.
Setiap daerah penebalan
(yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma) yang terisi
dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol,
sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
1. Ateroma
bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka
terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini
menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk
ateroma.
2. Arteri
yang terkena Arteriosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma
terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan
endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah.
Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli). Resiko terjadinya Arteriosklerosis meningkat pada:
Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli). Resiko terjadinya Arteriosklerosis meningkat pada:
a. Tekanan darah tinggi
b. Kadar kolesterol tinggi
c. Perokok
d. Diabetes (kencing manis)
e. Kegemukan (obesitas)
f. Malas berolah raga
g. Usia
lanjut.
Pria memiliki resiko lebih tinggi daripada wanita.
Penderita penyakit keturunan homosistinuria
memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai
banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri yang
menuju ke jantung).
Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan arteri lainnya.
Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan arteri lainnya.
Potongan Melintang Arteri
D. PATOFISIOLIGI
Arteriosklerosis dimulai ketika
kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini dinamakan
ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrien oleh sel – sel endotel yang
menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena
timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang
terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan perut, selanjutnya lumen
menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit
dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini
menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit
tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering Arteriosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana
lesi Arteriosklerosis terjadi telah diajukan, tetapi tidak satupun yang
terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan trrombos
pada permukaan plak; dan penimbunan lipit terus menerus. Bila fibrosa
pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan
menyumbat arteri dan kapiler sebelah distal plak yang pecah.
|
||||
|
Struktur anatomi koroner membuatnya
rentan terhadap mekanisme Arteriosklerosis.arteri tersebut berpilin dan
berkelok – kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk
terbentuknya ateroma.
E. MANISFESTASI KLINIS
Arteriosklerosis koroner menimbulkan
gejala dan komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan
aliran darah ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan
suplai darah yang tidak adekuat (iskemia) yang dibutuhkan untuk hidup.
Kerusakan sel akibat iskemia terjadi
dalam berbagai tingkat. Manifestasi utama iskemia miokardium adalah nyeri dada
yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan ireversibel sel – sel jantung.
Iskemia yang lebih berat, disertai dengan kerusakan sel dinamakan infark
miokardium. Jantung yang mengalami kerusakan ireversibel akan mengalami
digenerasi dan kemudian diganti dengan jaringan parut. Bila kerusakan jantung
sangat luas, jantung akan mengalami kegagalan, artinya, ia tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan tubuh akan darah dengan memberikan curah jantung yang
adekuat. Manifestasi klinis lain penyakit arteri koroner dapt berupa perubahan
pola EKG (Elektokardiograf), aneurisma ventrikel, disritmia dan kematiam
mendadak.
F. PENCEGAHAN
Tujuan utama dalam mengidintifikasi dan mengurangi faktor risiko adalah untuk
mencegah penyakit jantung kororner. Pencgahan bisa bersifat primer atau
sekunder. Pencegahan primer meliputi segala usaha yang dilakukan sebelum
tinbulnya gejala proses penyakit ; sedang pencegahan sekunder meliputi segala
usaha yang dilakukan untuk mengurangi perkembangan atau mencegah kekambuhan
proses penyakit.
Ada lima faktor risiko yang dapat dirubah – merokok, tekanan darah tinggi,
kolestrol darah tinggi, hiperglikemia dan bebagai pola tingkah laku – yang
mendapat perhatian besar dalam program promosi kesehatan.
G. PENGOBATAN
Bisa diberikan obat-obatan untuk
menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin).
Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah.
Angioplasti balon dilakukan untuk
meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.
Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan
bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang
normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri
yang tersumbat.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
a.
Data Dasar
Meliputi nama, alamat, jenis
kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, umur.
b.
Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di
dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat
beraktivitas).
c.
Sirkulasi
Tekanan
darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya
capilary refill time, disritmia.
Suara
jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin
mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan
kontraktilitasnya.
Murmur
jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang
tidak berfungsi.
Heart
rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama
jantung mungkin ireguler atau juga normal.
Edema:
Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan
gagal jantung.
Warna
kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
d.
Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
e.
Nutrisi
Mual,
kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan
perubahan berat badan.
f.
Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat
melakukan aktivitas.
g.
Neorusensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
h.
Kenyamanan
Timbulnya
nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan
nitrogliserin.
Lokasi
nyeri dada bagian depan substernal yang mungkin menyebar sampai ke lengan,
rahang dan wajah.
Karakteristik
nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami.
Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai,
perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama
jantung, ECG (Elektokardiograf), tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta
tingkat kesadaran.
i.
Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif,
riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di
dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau
wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
j.
Interaksi sosial
Stress,
kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
k.
Pengetahuan
Riwayat
di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,
hipertensi, perokok.
l.
Studi diagnostik
ECG (Elektokardiograf)
menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T
inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang
mencerminkan adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB (Creatinin Posfat
Kinase) meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan
SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit
paru yang kronis atau akut.
Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikuler.
Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap
suatu stress/ aktivitas.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA
TINDAKAN
a.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya
penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana:
1.
Monitor dan kaji karakteristik dan
lokasi nyeri.
2.
Monitor tanda-tanda vital (tekanan
darah, nadi, respirasi, kesadaran).
3.
Anjurkan pada pasien agar segera
melaporkan bila terjadi nyeri dada.
4.
Ciptakan suasana lingkungan yang
tenang dan nyaman.
5.
Ajarkan dan anjurkan pada pasien
untuk melakukan tehnik relaksasi.
6.
Kolaborasi dalam:
-
Pemberian oksigen.
-
Obat-obatan (beta blocker, anti
angina, analgesic)
7.
Ukur tanda vital sebelum dan sesudah
dilakukan pengobatan dengan narkosa.
b.
Intoleransi aktivitas berhubungan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang
nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan
perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas
(tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
Rencana:
1.
Catat irama jantung, tekanan darah
dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
2.
Anjurkan pada pasien agar lebih
banyak beristirahat terlebih dahulu.
3.
Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden”
pada saat buang air besar.
4.
Jelaskan pada pasien tentang tahap-
tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5.
Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda
fisiki bahwa aktivitas melebihi batas.
c.
Resiko terjadinya penurunan cardiac
output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung,
menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac
output selama di lakukan tindakan keperawatan.
Rencana:
1.
Lakukan pengukuran tekanan darah
(bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika
memungkinkan).
2.
Kaji kualitas nadi.
3.
Catat perkembangan dari adanya S3
dan S4.
4.
Auskultasi suara nafas.
5.
Dampingi pasien pada saat melakukan
aktivitas.
6.
Sajikan makanan yang mudah di cerna
dan kurangi konsumsi kafeine.
7.
Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial
ECG (Elektokardiograf), foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.
d.
Resiko terjadinya penurunan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan
keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
Rencana:
1.
Kaji adanya perubahan kesadaran.
2.
Inspeksi adanya pucat, cyanosis,
kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
3.
Kaji adanya tanda Hopmans (pain
in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
4.
Kaji respirasi (irama, kedalam dan
usaha pernafasan).
5.
Kaji fungsi gastrointestinal (bising
usus, abdominal distensi, constipasi).
6.
Monitor intake dan out put.
7.
Kolaborasi dalam: Pemeriksaan AGD
(Analisa Gas Darah), BUN (Blad Urea Nitrogen), Serum ceratinin dan
elektrolit.
e.
Resiko terjadinya ketidakseimbangan
cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan
retensi natrium, penurunan plasma protein.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di
dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
Rencana:
1.
Auskultasi suar nafas (kaji adanya
crackless).
2.
Kaji adanya jugular vein
distension, peningkatan terjadinya edema.
3.
Ukur intake dan output (balance
cairan).
4.
Kaji berat badan setiap hari.
5.
Najurkan pada pasien untuk
mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24 jam.
6.
Sajikan makan dengan diet rendah
garam.
7.
Kolaborasi dalam pemberian
deuritika.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Brunner dan Suddanrth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8)
Vol. 2. EGC ; Jakarta.
-
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keprawatan Edisi 2. Buku
Kedokteran EGC ; Jakarta.
-
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medical Bedah. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran ;
Bandung.
- Price,
Sylvia A., Lorrainem Wilson. (2001). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses – proses Penyakit Edisi 6. EGC ; Jakarta.
-
Syaifuddin. (1997). Anatomi Fisioligi Untuk
Siswa Perawat. EGC ; Jakarta.
-
http://www.harunyahya.com/images. (24 September 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar