ASKEP
MENINGITIS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
MENINGITIS
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Meningitis ialah radang pada bagian
meningen yaitu selaput otak dan saraf tunjang. Penyakit ini disebabkan oleh
jangkitan virus atau juga bakteria.
Meningitis yang disebabkan oleh
virus lazimnya kurang kronik dan pulih tanpa perawatan yang spesifik.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteria agak serius dan mungkin membawa kepada
kerusakan otak, hilang pendengaran, kurang upaya pembelajaran dan membawa maut.
Pada permulaan penyakit dikalangan
anak-anak, anak akan mengeluh demam dan sakit kepala. Anak berumur kurang dari
setahun hanya menangis berlebihan, demam dan enggan minum. Semua tanda-tanda
awal bagi anak berumur kurang dari setahun sama dengan tanda tanda penyakit
lain seperti pneumonia, infeksi telinga, bronkiolitis dan infeksi saluran
kencing
Oleh itu, hanya apabila dokter
berpendapat bahwa seorang mengidap meningitis ia akan meminta agar lumbal
punksi dilakukan. Lumbal punksi adalah prosedur pemeriksaan cairan selaput
otak, dengan memasukkan jarum halus ke dalam tulang belakang pasien.
Pemeriksaan ini hanya akan dilakukan apabila keadaan tidak membahayakan klien.
Doktor dapat membedakan dan
menentukan sekiranya klien menghidap meningitis dan bukan penyakit lain setelah
pemeriksaan cairan selaput otak dilakukan. Perawatan yang tepat dapat dimulai
dari melakukan lumbal punksi. Tanpa perawatan, meningitis dapat mengakibatkan
kesan buruk seperti lumpuh, cacat, retardasi mental dan tuli, bisu.
Penyebab penyakit meningitis ialah
Enteroviruses, Kumpulan coxsackie A & B, Poliovirus, Mumps, Measles, Herps
simplex, varicella, streptococcus piieumoniae, pneumokokus, neisseria
meningitides atau meningokokus. Meningitis bakteria yang paling berbahaya
adalah disebabkan oleh neisseria meningitides atau meningokokus. Kedua-dua
bakteri ini tersebar melalui udara atau sentuhan langsung dengan pembawa atau
pengidapnya. Dari saluran penafasan ia memasuki saluran darah dan menyebabkan
septisemia (keracunan darah) dan terus ke otak lalu menyebabkan meningitis.
Keadaan yang bersesak-sesak memudahkan lagi penyebaran penyakit ini. Meningitis
meningokokus ialah satu penyakit serius dan dapat menyebabkan kematian.
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Merupakan inflamasi yang terjadi
pada lapisan arachnoid dan piamater di otak serta spinal cord. Inflamasi ini
lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya
seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999)
Meningitis adalah peradangan yang
terjadi pada meningen, yaitu membran atau selaput yang melapisi otak dan syaraf
tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri
ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan
otak.
2. Klasifikasi
Meningitis Bakterial
Bakteri penyabab yang paling sering
ditemukan adalah Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitides
(meningococcal). Pada lingkungan yang padat seperti lingkungan asrama, barak
militer, pemukiman padat lebih sering ditemukan kasus meningococcal meningitis.
Faktor pencetus terjadinya
meningitis bacterial diantaranya adalah :
a. Otitis media
b. Pneumonia
c. Sinusitis
d. Sickle cell anemia
e. Fraktur cranial, trauma otak
f. Operasi spinal
Meningitis bakteri juga bisa
disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuh seperti AIDS.
Meningitis Virus
Disebut juga dengan meningitis
aseptic, terjadi sebagai akibat akhir/sequeledari berbagai penyakit yang
disebabkan oleh virus spereti campak, mumps, herpes simplex dan herpes zoster.
Pada meningitis virus ini tidak terbentuk exudat dan pada pemeriksaan CSF tidak
ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white
matter dan lapisan meninges. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari
jenis sel yang terkena. Pada herpes simplex, virus ini akan mengganggu
metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan gangguan produksi
enzim neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi sel
dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.
Meningitis Jamur
Meningitis cryptococcal merupakan
meningitis karena jamur yang paling sering, biasanya menyerang SSP pada pasien
dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari sistem kekebalan tubuh
yang akan berefek pada respon inflamasi. Gejala klinisnya bisa disertai demam
atau tidak, tetapi hampir semua klien ditemukan sakit kepala, nausea, muntah
dan penurunan status mental
a. Purulenta & Serosa
Purulenta : penyebabnya adalah
bakteri ( misalnya : Pneumococcus, Meningococcus ), menghasilkan exudat.
Leukosit, dalam hal ini Neutrofil berperan dalam menyerang mikroba, neutrofil
akan hancur menghasilkan exudat.
Serosa : penyebabya seperti
mycobacterium tuberculosa & virus, terjadi pada infeksi kronis. Peran
limfosit & monosit dalam melawan mikroba dengan cara fagositosis, tidak
terjadi penghancuran, hasilnya adalah cairan serous
b. Aseptik & Septik
Aseptik : Bila pada hasil kultur CSF
pada pemeriksaan lumbal pungsi, hasilnya negative, misalkan penyebabnya adalah
virus.
Septik : Bila pada hasil kultur CSF
pada pemeriksaan kultur lumbal pungsi hasilnya positif , misalkan penyebabnya
adalah bakteri pneumococcus.
Faktor resiko terjadinya meningitis
:
a. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh
lain yang akhirnya menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya
otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
b. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala
terbuka atau pada fraktur basis cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan
lingkungan luar melalui othorrhea dan rhinorhea
c. Kelaianan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post
operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi cranium
Terjadinya pe ↑ TIK pada meningitis,
mekanismenya adalah sebagai berikut :
Agen penyebab → reaksi local pada
meninges → inflamasi meninges → pe ↑ permiabilitas kapiler → kebocoran cairan
dari intravaskuler ke interstisial → pe ↑ volume cairan interstisial → edema →
Postulat Kellie Monroe, kompensasi tidak adekuat → pe ↑ TIK
Pada meningitis jarang ditemukan
kejang, kecuali jika infeksi sudah menyebar ke jaringan otak, dimana kejang ini
terjadi bila ada kerusakan pada korteks serebri pada bagian premotor.
Kaku kuduk pada meningitis bisa
ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi pada kepala klien yang akan
menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada
nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang
leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.
Sedangan pada pemeriksaan Kernigs
sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan bahwa infeksi atau iritasi sudah
mencapai ke medulla spinalis bagian bawah.
Hidrosefalus pada meningitis terjadi
karena mekanisme sebagai berikut :
Inflamasi local → scar tissue di
daerah arahnoid ( vili ) → gangguan absorbsi CSF → akumulasi CSF di dalam otak
→ hodosefalus
Perbedaan Ensefalitis dengan
meningitis :
Ensefalitis Meningitis
Kejang Kaku kuduk
Kesadaran ↓ Kesadaran relative masih
baik
Demam ↓ Demam ↑
Bila gejala yang muncul campuran
kemungkinan mengalami Meningo-ensefalitis.
Penatalaksanaan medis meningitis :
1. Antibiotik sesuai jenis agen
penyebab
2. Steroid untuk mengatasi inflamasi
3. Antipiretik untuk mengatasi demam
4. Antikonvulsant untuk mencegah
kejang
5. Neuroprotector untuk
menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
6. Pembedahan : seperti dilakukan VP
Shunt ( Ventrikel Peritoneal Shunt )
3. Etiologi
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari
meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum diketahui dapat
menyebabkan meningitis adalah :
Haemophillus influenzae .)1
Nesseria meningitides
(meningococcal) .)2
Diplococcus pneumoniae
(pneumococcal) .)3
Streptococcus, grup A .)4
Staphylococcus aureus .)5
Escherichia coli .)6
Klebsiella .)7
Proteus .)8
Pseudomonas .)9
b. Virus
Merupakan penyebab sering lainnya
selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat “self-limitting”,
dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna.
c. Jamur
d. Protozoa
4. Patofisiologi
Agen penyebab
↓
Invasi ke SSP melalui aliran darah
↓
Bermigrasi ke lapisan sub arachnoid
↓
Respon inflamasi di piamater,
arachnoid,CSF dan ventrikuler
↓
Eksudat menyebar di seluruh saraf
cranial dan saraf spinal
↓
Kerusakan neurologist
( Donna D., 1999)
Selain dari adanya invasi bakteri,
virus, jamur maupun protozoa, jalan masuknya kuman juga bisa melalui trauma
tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah
adanya rinorrhea, otorrhea pada fraktur basis cranii yang memungkinkan
kontaknya CSF dengan lingkungan luar.
5. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi adalah
;
a. Gangguan pembekuan darah
b. Syok septic
c. Demam yang memanjang
6. Manifestasi Klinis
Gejala yang khas dan umum
ditampakkan oleh penderita meningitis diatas umur 2 tahun adalah demam, sakit
kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan
sampai 2 hari. Tanda dan gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari
sorotan cahaya terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras),
mual, muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur,
bahkan tak sadarkan diri.
Pada bayi gejala dan tanda penyakit
meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui, namun umumnya bayi akan tampak
lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran, muntah dan enggan menyusui
7. Pemeriksaan Diagnostik
Lumbal Punksi
Lumbal punksi biasanya dilakukan
untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan
syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.
Meningitis bacterial : tekanan
meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat, glukosa
menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis Virus : tekanan
bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan protein normal, kultur
biasanya negative
Glukosa & LDH : meningkat
LED/ESRD : meningkat
CT Scan/MRI : melihat lokasi lesi,
ukuran ventrikel, hematom, hemoragik
Rontgent kepala : mengindikasikan
infeksi intrakranial
8. Masalah Keperawatan
a. Resiko tinggi penyebaran infeksi
b. Resiko tinggi gangguan perfusi
serebral
c. Resiko tinggi trauma
d. Nyeri
e. Gangguan mobilitas fisik
f. Gangguan persepsi sensori
g. Cemas
h. Kurang pengetahuan mengenai
penyebab infeksi dan pengobatan
B. ASUHAN KEPERAWATAN .
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat ;
Malaise, aktivitas terbatas,
ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan, hipotonia
b. Sirkulasi ;
Riwayat endokarditis, abses otak, TD
↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia pada fase akut
c. Eliminasi :
Adanya inkontinensia atau retensi
urin
d. Makanan / cairan :
Anorexia, kesulitan menelan, muntah,
turgor kulit jelek, mukosa kering
e. Higiene :
Tidak mampu merawat diri
f. Neurosensori ;
Sakit kepala, parsetesia, kehilangan
sensasi, “Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri, kejang, gangguan penglihatan,
diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori, sulit
mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia,
tanda”Brudzinski”positif, rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks
abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki
g. Neyri / kenyamanan :
Sakit kepala hebat, kaku kuduk,
nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah,
mengaduh/mengeluh
h. Pernafasan :
Riwayat infeksi sinus atau paru,
nafas ↑, letargi dan gelisah
i. Keamanan :
Riwayat mastoiditis, otitis media,
sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi lumbal, pembedahan,
fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak,
chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan
sensasi.
j. Penyuluhan / pembelajaran :
Riwayat hipersensitif terhadap obat,
penyakit kronis, diabetes mellitus
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi penyebaran infeksi
b/d stasis cairan tubuh
b. Resiko tinggi gangguan perfusi
serebral b/d hipovolemia
c. Resiko tinggi trauma b/d kejang
d. Nyeri b/d adanya poses infeksi
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa 1
1) Berikan tindakan isolasi sebagai
tindakan pencegahan
2) Pertahankan teknik aseptik dan
teknik cuci tangan yang tepat
3) Catat munculnya tanda-tanda
klinis dari proses infeksi
4) Identifikasi kontak yang beresiko
terhadap perkembangan proses infeksi serebral
5) Kolaborasi : Berikan terapi
antibiotik IV sesuai indikasi: Penisilin G, Ampisilin, Kloramfenikol,
Gentamisin, Amfoterisin B.
b. Diagnosa 2
1) Pertahankan tirah baring dengan
posisi kepala datar
2) Catat status neurologis dengan
teratur
3) Pantau tanda – tanda vital
4) Berikan tindakan yang menimbulkan
rasa nyaman seperti masase punggung, lingkungan yang tenang, suara yang halus
dan sentuhan yang lembut.
5) Berikan waktu istirahat yang
cukup
6) Kolaborasi : Berikan obat sesuai
indikasi. Seperti : steroid ; dexametason, metilprednison, Klorpomasin,
asetaminofen ( baik oral maupun rektal.
c. Diagnosa 3
1) Pantau adanya kejang
2) Berikan keamanan pada pasien
dengan memberi bantalan pada tempat tidur
3) Pertahankan tirah baring selama
fase akut
4) Kolaborasi : Berikan obat sesuai
indikasi. Seperti : fenitoin ( Dilantin), Diazepam (valium), fenobarbital
(luminal).
d. Diagnosa 4
1) Berikan lingkungan yang tenang
2) Tingkatkan tirah baring, bantulah
kebutuhan perawatan diri yang penting
3) Berikan posisi yang nyaman sperti
kepala agak tinggi sedikit
4) Berikan latihan gerak aktif/pasif
secara tepat
5) Kolaborasi : Berikan analgetik
seperti : Asetaminofen, kodein.
4. Evaluasi
a) Proses infeksi teratasi
b) Trauma dapat dicegah atau
diminimalkan
c) Rasa tidak nyaman dapat
terkontrol
d) Kebutuhan akan aktivitas
sehari-hari terpenuhi oleh diri sendiri atau dengan bantuan orang lain
e) Proses penyakit dan program
pengobatan dsapat dipahami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar